1. DEFINISI
CT Scan ( Computed Tomography Scanner )
adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari
berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.
CT-Scan merupakan alat penunjang diagnosa yang
mempunyai aplikasi yang universal utk pemeriksaan seluruh organ tubuh,
seperti sususan saraf pusat, otot dan tulang, tenggorokan, rongga perut.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat antara suatu kelainan,
yaitu :
a.Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.
b.Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.
c.Brain contusion.
d.Brain atrofi.
e.Hydrocephalus.
f.Inflamasi.
Gambar 1. CT scan
2. PRINSIP DASAR
b.Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.
c.Brain contusion.
d.Brain atrofi.
e.Hydrocephalus.
f.Inflamasi.
Gambar 1. CT scan
2. PRINSIP DASAR
Prinsip dasar CT scan mirip dengan
perangkat radiografi yang sudah lebih umum dikenal. Kedua perangkat ini
sama-sama memanfaatkan intensitas radiasi terusan setelah melewati suatu
obyek untuk membentuk citra/gambar. Perbedaan antara keduanya adalah
pada teknik yang digunakan untuk memperoleh citra dan pada citra yang
dihasilkan. Tidak seperti citra yang dihasilkan dari teknik radiografi,
informasi citra yang ditampilkan oleh CT scan tidak tumpang tindih
(overlap) sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya
pada bidang tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra
CT scan dapat menampilkan informasi tampang lintang obyek yang
diinspeksi. Oleh karena itu, citra ini dapat memberikan sebaran
kerapatan struktur internal obyek sehingga citra yang dihasilkan oleh CT
scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang dihasilkan oleh teknik
radiografi konvensional.
CT Scanner menggunakan penyinaran khusus
yang dihubungkan dengan komputer berdaya tinggi yang berfungsi memproses
hasil scan untuk memperoleh gambaran panampang-lintang dari badan.
Pasien dibaringkan diatas suatu meja khusus yang secara perlahan – lahan
dipindahkan ke dalam cincin CT Scan. Scanner berputar mengelilingi
pasien pada saat pengambilan sinar rontgen. Waktu yang digunakan sampai
seluruh proses scanning ini selesai berkisar dari 45 menit sampai 1 jam,
tergantung pada jenis CT scan yang digunakan( waktu ini termasuk waktu
check-in nya).
Proses scanning ini tidak menimbulkan rasa
sakit . Sebelum dilakukan scanning pada pasien, pasien disarankan tidak
makan atau meminum cairan tertentu selama 4 jam sebelum proses scanning.
Bagaimanapun, tergantung pada jenis prosedur, adapula prosedur scanning
yang mengharuskan pasien untuk meminum suatu material cairan kontras
yang mana digunakan untuk melakukan proses scanning khususnya untuk
daerah perut.
3. STRUKTUR KOMPONEN DASAR PESAWAT CT-SCAN
Komponen-komponen pesawat, meliputi :
a. Meja Pemeriksaan
Meja
pemeriksaan merupakan tempat pasien diposisikan untuk dilakukannya
pemeriksaan CT-Scan. Bentuknya kurva dan terbuat dari Carbon Graphite
Fiber. Setiap scanning satu slice selesai, maka meja pemeriksaan akan
bergeser sesuai ketebalan slice ( slice thickness ). Meja pemeriksaan
terletak dipertengahan gantry dengan posisi horizontal dan dapat
digerakkan maju, mundur, naik dan turun dengan cara menekan tombol yang
melambangkannmaju, mundur, naik, san turun yang terdapat pada gantry.
b. Gantry
Gantry
merupakan komponen pesawat CT-Scan yang didalamnya terdapat tabung
sinar-x, filter, detektor, DAS ( Data Acquisition System ). Serta lampu
indikator untuk sentrasi. Pada gantry ini juga dilengkapi
denganindikator data digital yang memberi informasi tentang ketinggian
meja pemeriksaan, posisi objek dan kemiringan gantry.
Pada pertengahan gantry diletakkan pasien. Tabung sinar-x dan detektor yang letaknya selalu berhadapan didalam gantry akan berputar mengelilingi objek yang akan dilakukan scanning.
1) Tabung sinar-x
Berfungsi sebagai pembangkit sinar-X dengan sifat:
1. Bekerja pada tegangan tinggi diatas 100 kV
2. Ukuran focal spot kecil 10 – 1 mm
3. Tahan terhadap goncangan
2) Kolimator
Pada pesawat CT-Scan, umumnya terdapat dua buah kolimator, yaitu:
• Kolimator pada tabunng sinar-x
Fungsinya: untuk mengurangi dosis radiasi, sebagai pembatas luas lapangan penyinaran dan mengurangi bayangan penumbra dengan adanya focal spot kecil.• Kolimator pada detektor
Fungsinya: untuk pengarah radiasi menuju ke detektor, pengontrol radiasi hambur dan menentukan ketebalan lapisan ( slice thickness ).
3) Detektor dan DAS ( Data Acqusition system )
Setelah
sinar-x menembus objek, maka akan diterima oleh detector yang
selanjutnya dan dilakukan proses pengolahan data oleh DAS. Adapun fungsi
detector dan DAS secara garis besar adalah: untuk menangkap sinar-x
yang telah menembua objek, mengubah sinar-x dalam bentuk cahaya tampak,
kemudian mengubah cahaya tampak tersebut menjadi sinyal-sinyal electron,
lalu kemudian menguatkan sinyal-sinyal electron tersebut dan mengubah
sinyal electron tersebut kedalam bentuk data digital.
c. Komputer
Merupakan
pengendali dari semua instrument pada CT-Scan. Berfungsi untuk melakukan
proses scanning, rekonstruksi atau pengolahan data, menampilkan (
display ) gambar serta untuk menganalisa gambar.
Adapun elemen-elemen pada computer adalah sebagai berikut:
1) Input Device
Adalah unit yang menterjemahkan data-data dari luar kedalam bahasa computer sehingga dapat menjalankan program atau instruksi.
2) CPU ( Central Procesing Unit )
Merupakan pusat pengolahan dan pengelolaan dari kesseluruhan system computer yang sedang bekerja. Terdiri atas :• ALU ( Arithmetic Logic Unit )
Berfungsi untuk melaksanakan proses berupa arithmetic operation seperti penambahan, pengurangan, pembagian, serta perkalian.• Control Unit
Berfungsi untuk mengontrol keseluruhan system computer dalam melakukan pengolahandata.• Memory Unit
Berfungsi sebagai tempat penyimpanan data ataupun instruksi yang sedang dikerjakan.
3) Output Device
Digunakan untuk menampilkan hasil program atau instruksi sehingga dapat dengan mudah dilihat oleh personilyang mengoperasikannya, misalnya CRT (Cathoda Ray Tube).
d. Layar TV Monitor
Berfungsi sebagai alat untuk menampilkan gambar dari objek yang diperiksa serta menampilkan instruksi-instruksi atau program yang diberikan.
e. Image Recording
Berfungsi untuk menyimpan program hasil kerja dari computer ketika melakukan scanning, rekonstruksi dan display gambar. digunakan:
1) Magnetik Disk
Digunakan
untuk penyimpanan sementara dari data atau gambaran, apabila gambaran
akan ditampilkan dan diproses. Magnetic disk dapat menyimpan dan
mengirim data dengan cepat, bentuknya berupa piringan yang dilapisi
bahan ferromagnetic. Kapasitasnya sangat besar.
2) Floppy Disk
Biasa disebut
dengan disket, merupakan modifikasi dari magnetic disk, bentuknya kecil
dan fleksibel atau lentur. Floppy disk mudah dibawa dan disimpan.
Kapaasitasnya relative kecil (sekarang sudah tidak digunakan lagi).
f. Operator Terminal
Merupakan pusat semua kegiatan scanning atau pengoperasian system secara umum serta berfungsi untuk merekonstruksi hasil gambaran sesuai dengan kebutuhan.
g. Multiformat Kamera
Digunakan untuk memperoleh gambaran permanen pada film. Pada satu film dapat dihasilkan beberapa irisan gambar tergantung jenis pesawat CT dan film yang digunakan.
4. PRINSIP KERJA
Gambar 3. Bagan Prinsip Kerja CT Scanner
Dengan menggunakan tabung sinar-x
sebagai sumber radiasi yang berkas sinarnya dibatasi oleh kollimator,
sinar x tersebut menembus tubuh dan diarahkan ke detektor. Intensitas
sinar-x yang diterima oleh detektor akan berubah sesuai dengan kepadatan
tubuh sebagai objek, dan detektor akan merubah berkas sinar-x yang
diterima menjadi arus listrik, dan kemudian diubah oleh integrator
menjadi tegangan listrik analog. Tabung sinar-x tersebut diputar dan
sinarnya di proyeksikan dalam berbagai posisi, besar tegangan listrik
yang diterima diubah menjadi besaran digital oleh analog to digital
Converter (A/D C) yang kemudian dicatat oleh komputer. Selanjutnya
diolah dengan menggunakan Image Processor dan akhirnya dibentuk gambar
yang ditampilkan ke layar monitor TV. Gambar yang dihasilkan dapat
dibuat ke dalam film dengan Multi Imager atau Laser Imager.
Berkas radiasi yang melalui suatu
materi akan mengalami pengurangan intensitas secara eksponensial
terhadap tebal bahan yang dilaluinya. Pengurangan intensitas yang
terjadi disebabkan oleh proses interaksi radiasi-radiasi dalam bentuk
hamburan dan serapan yang probabilitas terjadinya ditentukan oleh jenis
bahan dan energi radiasi yang dipancarkan. Dalam CT scan, untuk
menghasilkan citra obyek, berkas radiasi yang dihasilkan sumber
dilewatkan melalui suatu bidang obyek dari berbagai sudut. Radiasi
terusan ini dideteksi oleh detektor untuk kemudian dicatat dan
dikumpulkan sebagai data masukan yang kemudian diolah menggunakan
komputer untuk menghasilkan citra dengan suatu metode yang disebut
sebagai rekonstruksi.
• Pemrosesan data
Suatu sinar sempit (narrow beam) yang
dihasilkan oleh X-ray didadapatkan dari perubahan posisi dari tabung
X-ray, hal ini juga dipengaruhi oleh collimator dan detektor. Secara
sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 4. Collimator dan Detektor
Sinar X-ray yang telah dideteksi oleh detektor
kemudian dikonversi menjadi arus listrik yang kemudian ditransmisikan ke
komputer dalam bentuk sinyal melaui proses berikut :
Gambar 5. Proses pembentukan citra
Setelah diperoleh arus listrik dan sinyal
aslinya, maka sinyal tadi dikonversi ke bentuk digital menggunakan A/D
Convertor agar sinyal digital ini dapat diolah oleh komputer sehingga
membentuk citra yang sebenarnya.
Hasilnya dapat dilihat langsung pada monitor komputer ataupun dicetak ke
film. Berikut contoh citra yang diperoleh dalam proses scanning
menggunakan CT Scanner :
Gambar 6.Hasil whole body scanning
5. APLIKASI CT SCAN
CT Scanner memiliki kemampuan yang unik untuk memperhatikan
suatu kombinasi dari jaringan, pembuluh darah dan tulang secara
bersamaan. CT Scanner dapat digunakan untuk mendiagnose permasalahan
berbeda seperti :
• Adanya gumpalan darah di dalam paru-paru (pulmonary emboli)• Pendarahan di dalam otak ( cerebral vascular accident)
• Batu ginjal
• Inflamed appendix
• Kanker otak, hati, pankreas, tulang, dll.
• Tulang yang retak
Kualitas Image pada CT Scan
Citra (image) adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu obyek atau benda. Citra dikelompokkan menjadi dua yaitu citra tampak dan citra tak tampak. Citra tampak misalnya foto, lukisan dan apa yang nampak di monitor atau televise. Sedangakn citra tak tampak misalnya gambar atau file (citra digital). Untuk dapat dilihat oleh manusia, citra tak tampak ini harus diubah menjadi citra tampak misalnya dengan menampilkannya di monitor, dicetak dimedia kertas dan lain-lain.
Dari jenis citra tersebut hanya citra
digtal yang dapat diolah oleh computer. Jenis citra lain jika ingin
diolah dalam computer harus diubah dalam bentuk citra digital. Misalnya
organ kepala yang dipindai dengan CT Scan. Kegiatan untuk mengubah
informasi citra fisik non digital menjadi digital disebut sebagai
pencitraan (imaging).
Citra CT Scan adalah tampilan digital
dari crossectional tubuh dan berupa matriks yang terdiri dari
pixel-pixel, atau tersusun dari nilai pixel yang berlainan.
Komponen yang mempengaruhi kualitas gambar CT-Scan adalah spatial resolution, kontras resolution, noise dan artefak.
1). Spatial resolusi
Spasial resolusi adalah kemampuan untuk
dapat membedakan objek/ organ yang berukuran kecil dengan densitas yang
berbeda pada latar belakang yang sama. Resolusi Spatial adalah kemampuan
untuk dapat membedakan obyek yang berukuran kecil dengan densitas yang
berbeda pada latar belakang yang sama. Dipengaruhi oleh factor geometri,
rekontruksi alogaritma, ukuran matriks, magnifikasi, dan FOV. Resolusi
spasial atau High Contras Resolusi adalah kemampuan untuk dapat
membedakan objek yang berukuran kecil dengan densitas yang berbeda.
Resolusi spasial dipengaruhi oleh : faktor geometri, rekonstruksi
algoritma/filter kernel, ukuran matriks, pembesaran gambar
(magnifikasi), Focal Spot, Detektor
2). Kontras resolusi
Kontras resolusi adalah kemampuan untuk
membedakan atau menampakan obyek-obyek dengan perbedaan densitas yang
sangat kecil dan dipengaruhi oleh faktor eksposi, slice thicknees, FOV
dan filter kernel (rekonstruksi algorithma).
3). Noise
Noise adalah fluktuasi (standar deviasi)
nilai CT number pada jaringan atau materi yang homogen. Noise
tergantung pada beberapa faktor antara lain : mAs, scan time, kVp, tebal
irisan, ukuran objek dan algoritma Sebagai contoh adalah air memiliki
CT Number 0, semakin tinggi standar deviasi nilai CT Number pada
pengukuran titik-titik air berarti noisenya tinggi. Noise ini akan
mempengaruhi kontras resolusi, semakin tinggi noise, maka kontras
resolusi akan menurun.
Faktor-faktor yang menyebabkan noise adalah :
a. Faktor eksposi, mAs, kV, semakin besar faktor eksposi akan menurunkan noise.
Salah satu parameter yang mempengaruhi
CT number adalah pemilihan tegangan tabung sinar-X/kV. Pengaturan
tegangan sinar-X menentukan jumlah energi foton sinar-X. CT number akan
mengalami kenaikan seiring dengan penurunan tegangan tabung sinar-X. Hal
ini akan berpengaruh pada image quality dan level of noise. Penelitian
menggunakan variasi kV dianggap perlu semenjak kalibrasi air dan udara
pada pesawat CT Scan Somatom Emotion terpelihara dengan cara mengubah
tegangan tabung sinar-X. Estimasi tegangan tabung yang memiliki energi
tinggi dan memiliki efektifitas energi adalah 80 kV, 110 kV dan 130 kV
b. Ukuran pixel, dipengaruhi oleh
FOV dan ukuran matriks. Semakin besar ukuran pixel, noise semakin
berkurang, akan tetapi resolusi spatial menurun.
c. Slice thickness, semakin besar slice thickness noise akan berkurang.
d. Algoritma, penambahan prosedur
algoritma sesuai kebutuhan dapat meningkatkan image noise, peningkatan
image noise dapat menurunkan resolusi kontras.
Keterangan
- Jika ukuran pixel semakin lebar, maka noise dalam resolusi spasial akan semakin menurun.
- Jika slice thickness semakin meningkat, maka noise dan resolusi spasial akan semakin menurun.
- Jika energi (kV) meningkat, maka dosis radiasi yang diterima meningkat tapi noise semakin menurun.
4). Artefak
Secara
umum Artefak adalah kesalahan dalam gambar (adanya sesuatu dalam
gambar) yang tidak ada hubungannya dengan obyek yang diperiksa. Dalam CT
Scan artefak didefinisikan sebagai pertentangan / perbedaan antara
rekonstruksi CT Number dalam gambar dengan koefisien atenuasi yang
sesungguhnya dari obyek yang diperiksa.
6. PERKEMBANGAN CT - SCAN
1. Generasi I
Pesawat
CT Scan pertama kali dirancang bangun pada tahun 1971 atas dasar tindak
lanjut ide teori Dr. Hounsfield dengan prinsip kerja pesawat teknik
tomografi. Dimana lingkup kerja pesawat CT Scan hanya terbatas pada
pengambilan gambar-gambar diagnosa kepala secara scanner, sehingga
pesawat CT Scan waktu itu disebut CT Head Scanner.
Ciri-ciri CT Scan generasi pertama diantaranya :
• X-ray tube yang digunakan masih menghasilkan pencil beam.
• Detector yang digunakan single detector untuk mendapatkan gambaran per-slicenya.
•
Pixel yang dihasilkan dalam bentuk pixel recon matrix memiliki ukuran
80 x 80 pixel recon matrix, 13 mm slice thickness 33 mA, 120 KV.
• Scanning time yang bisa dilakukan pesawat adalah 4 s/d 5 menit.
• Kerja x-ray tube secara continous radiation.
• Proyeksi gambar scanning secara paralel untuk tiap kali rotasi.
• Prinsip kerja pesawat menggunakan prinsip kerja teknik tomografi
• Secara translation dan rotation yang bergantian dan berlainan arah antara x-ray tube dengan detector.
• Secara translation dan rotation yang bergantian dan berlainan arah antara x-ray tube dengan detector.
• Perintis : EMI, London, 1977
• X-ray : pencil beam
• Gerakan : translate – rotate
• Detektor : single detector
• Rotasi : 180 derajat
• Waktu : 4,5 – 5,5 menit / scan slice
• App : head scanner
2. Generasi II
CT
Scan generasi kedua muncul pada tahun 1975, dimana pesawat CT Scan II
merupakan evolution CT Scan generasi pertama, pada pesawat CT Scan II
mempunyai fasilitas komponen yang lebih lengkap, terutama dalam
pemakaian komponen detector. Pada CT Scan II, sistem detector yang
dipakai adalah multidetector, sehingga sensitifitas pesawat tersebut
terhadap berkas radiasi x-ray yang terpancar dari sumber sinar-x lebih
tinggi jika dibandingkan dengan pesawat CT Scan yang menggunakan single
detector.
CT Scan generasi kedua juga memiliki ciri-ciri khusus diantaranya :
• X-ray tube yang digunakan dapat menghasilkan fan beam.
• Banyaknya detector yang dipakai biasanya lebih dari 30 detector.
• Lama waktu Scanning ± 20 s/d 90 second.
• Menghasilkan x-ray secara continous radiation.
• Sudah bisa digunakan untuk Scan hampir seluruh tubuh.
3. Generasi III
Berdasarkan
hasil rekontruksi gambaran diagnosa yang dihasilkan, CT Scan III mampu
menampilkan tampilan gambaran diagnostik suatu objek dengan kemampuan
resolusi yang lebih baik daripada gambaran diagnostik yang dihasilkan
pada generasi CT Scan sebelumnya. CT Scan III muncul sekitar tahun 1977
setelah CT Scan II muncul. Kemunculan pesawat CT Scan III merupakan
imbas dari kemajuan teknologi komputer dalam merekontruksi gambar-gambar
medik dengan resolusi citra yang baik. Hal ini ditandai dengan semakin
kompleksnya sistem pesawat pada CT Scan III. Sehingga pencitraan medik
pada gambaran diagnostik tampak lebih sempurna.
CT Scan III mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut :
• Sinar-x yang dihasilkan oleh x-ray tube adalah fan beam geometri.
• Detector
yang digunakan sebagai pendeteksi sinyal radiasi x-ray lebih banyak
daripada CT Scan I dan II, yakni jumlahnya sebanyak 380 s/d 768 element.
• Dapat
menghasilkan sinar-x yang bersifat pulsed radiation atau continous
radiation (tergantung dari rancangan pesawat tersebut).
• Sistem pergerakkan kerja rotanx dan
detector tidak secara linier, melainkan secara rotasi dengan kecepatan
tinggi (high speed).
• Exposure time yang relatif cepat ± 500 ms (Somatom Plus 4, Siemens) s/d 1,4 second (Somatom DR Siemens).
• Dapat digunakan untuk mendiagnosa seluruh tubuh.
4. Generasi IV
Pesawat
CT Scan generasi IV muncul pada tahun 1977 setelah munulnya CT Scan
III. Pesawat CT Scan IV merupakan suatu modifikasi dari CT Scan III.
Karena semua cara kerja yang diaplikasikan pada pesawat CT Scan IV
adalah dasar prinsip kerja pesawat CT Scan III. Meskipun berdasarkan
kedetailan penyampaian informasi secara digital, CT Scan IV sedikit
lebih akurat daripada CT Scan III. Hal ini disebabkan karena pada CT
Scan IV dimodifikasi dengan stationary detector.
5. Generasi V
CT
Scan V muncul tidak layaknya seperti CT Scan generasi sebelumnya. Pada
CT Scan generasi I, II, III, dan IV hadir dengan prinsip aplikasi
fungsional dan peranan x-ray sebagai media pembentuk gambaran
diagnostik. Akan tetapi, pesawat CT Scan V muncul tanpa menggunakan
peranan x-ray sebagai media untuk menampilkan tampilan diagnosa. Hal ini
disebabkan karena pada CT Scan V menggunakan elektron gun sebagai
pembangkit energi foton pengganti sinar-x.
6. PERKEMBANGAN TERKINI CT SCAN
CT Scan Terbaru Pangkas Radiasi 90%
Go4HealthyLife.com, Jakarta
- Meski amat berguna untuk meneliti lebih dalam terhadap sebuah
penyakit, namun teknologi pemindaian dengan memanfaatkan sinar X,
seperti CT scan ini memancarkan radiasi tinggi yang berpotensi merusak
jaringan di dalam tubuh. Untuk itu, para ahli berlomba-lomba
menghasilkan CT scan yang rendah radiasi.
Hasilnya adalah sebuah CT scan
jantung terbaru yang diklaim memiliki radiasi yang jauh lebih rendah
dibandingkan CT scan standar. Coba bayangkan, radiasi dari CT scan
teranyar ini sekitar 91% lebih rendah ketimbang CT scan yang digunakan
saat ini.
"CT angiography koroner telah
membangkitkan antusiasme tinggi belakangan ini terkait dengan akurasinya
yang sanat tinggi dalam mendiagnosis pasien yang diduga atau sudah
terserang penyakit jantung koroner. Namun, antusiasme itu terganggu oleh
kekhawatiran mengenai tingginya radiasi yang akan diterima si pasien,"
ujar Dr. Andrew J. Einstein, direktur cardiac CT research di Columbia
University Medical Center.
Einstein bersama timnya
membandingkan pemancaran radiasi dari CT scan standar yang memiliki 64
detektor -- yang mampu memindai jantung sepanjang 4 sentimeter dalam
sekali pemindaian -- dengan CT scan teranyar yang memiliki 320
detektor, yang dapat memindai jantung 16 cm. Itu artinya, keseluruhan
panjang jantung dapat dipindai dalam sekali rotasi dan dalam satu kali
denyutan.
Dengan teknologi terbaru
ini, dijamin gambar yang dihasilkan lebih jelas dan tak putus-putus.
Terlebih lagi, radiasi yang diterima pasien amat kecil karena durasi
pemindaian hanya sekitar 0,35 detik, kata Einstein dalam pernyataannya
di Radiological Society of North America.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Radiologi
terbitan Maret itu juga ditemukan bahwa dosis radiasi efektif adalah
sebesar 35,4 millisievert (mSv) untuk CT scan yang memiliki detektor 64
baris dan 4,4 mSv untuk CT scan 320 baris detektor.
Ketika kemampuan teknologi CT meningkat dari 16 menjadi 64 detektor, dosis radiasinya naik secara signifikan. Saat ini perkembangan teknologi berjalan ke arah yang berlawanan, yaitu mulai mengurangi pancaran radiasi.
Categories:
CT Scan